PRINSIP-PRINSIP PTK
Akhir-akhir ini, Action Research menjadi
populer dilakukan oleh para professional dalam upaya menyelesaikan
masalah dan peningkatan mutu. Dengan demikian, Action Research selalu
bermula dari suatu masalah yang terjadi dalam uatu aktivitas tertentu.
Demikian juga halnya pada bidang pendidikan dan pengajaran.
Awal mulanya, Action Research yang
dikembangkan oleh seorang psikolog (Kurt Lewin), dimaksud untuk mencari
penyelesaian terhadap problema sosial antara lain: pengangguran,
kenakalan remaja, yang berkembang di masyarakat pada waktu itu. Action
Research dilakukan dengan diawali oleh suatu kajian terhadap suatu
problema tersebut secara sistematis. Hasil kijian ini kemudian dijadikan
dasar untuk menyusun suatu rencana kerja sebagai upaya untuk mengatasi
masalah tersebut. Dalam proses pelaksanan dan rencana kerja yang telah
disusun, dilakukan suatu observasi dan evaluasi yang hasilnya digunakan
sebagai masukan untuk melakukan refleksi atas apa yang terjadi pada saat
tahapah pelaksanaan. Hasil dari proses refleksi ini, kemudian melandasi
upaya perbaikan dan penyempurnaan rencana tindakan selanjutnya.
Dalam bidang pendidikan, khususnya
kegiatan pembelajaran, Action Research berkembang menjadi classroom
Action Research (CAR) = Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sebagai suatu
penelitian terapan, PTK sangat bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan
proses dan kualitas atau hasil pembelajaran di kelas. Dengan
melaksanakan tahapan-tahapan PTK, guru dapat menemukan penyelesaikan
bagi masalah yang terjadi di kelasnya sendiri, dan bukan di kelas guru
yang lain. Tentu saja dengan menerapkan berbagai ragam teori dan teknik
pembelajaran yang relevan secara kreatif. Selain itu, sebagai peneliti
praktis, PTK dilaksanakan bersamaan guru melaksanakan tugas utama yaitu
mengajar di dalam kelas, tidak perlu harus meninggalkan siswa. Dengan
demikian, PTK merupakan suatu penelitian yang melekat pada guru, yaitu
mengangkat masalah-masalah aktual yang dialami oleh guru di lapangan.
Dengan melaksanakan PTK, diharapkan guru memiliki peran ganda, yaitu
sebagai praktisi dan sekaligus peneliti.
1. Tindakan dan pengamatan dalam proses
penelitian yang dilakukan tidak boleh mengganggu atau menghambat
kegiatan utama, misalnya bagi guru tidak boleh sampai mengorbankan
kegiatan atau proses belajar mengajar. Menurut Hopkins (1993: 57-61),
pekerjaan utama guru adalah mengajar, dan apapun metode PTK yang
kebetulan diterapkan, seyogyanya tidak berdampak mengganggu komitmen
guru sebagai pengajar. Ada 3 hal yang dapat dikemukakan berkenaan dengan
prinsip pertama ini. Pertama, dalam mencobakan sesuatu tindakan
pembelajaran yang baru, selalu ada kemungkinan bahwa setidak-tidaknya
pada awal-awalnya hasilnya kurang memuaskan dari yang dikehendaki.
Bahkan mungkin kurang dari yang diperoleh dengan “cara lama” Karena
bagaimanapun tindakan perbaika tersebut masih dalam taraf dicobakan.
Guru harus menggunakan pertimbangan serta tanggung jawab profesionalnya
dalam menimbang-nimbang : jalan keluar” yang akan mereka tempuh dalam
rangka memberikan yang terbaik kepada siswa. Kedua, iterasi dari siklus
tindakan juga dilakukan dengan mempertimbangkan keterlaksanaan kurikulum
secara keseluruhan, khususnya dari segi pembentukan pemahaman yang
mendalam yang ditandai oleh kemampuan menerapkan pengetahuan yang
dipelajari melalui analisis, sintesis dan evaluasi informasi, bukan
terbatas dari segi tersampaikannya GBPP kepada siswa dalam rukun waktu
yang telah ditentukan. Ketiga, penetapan siklus tindakan dalam PTK
mengacu kepada penguasaan yang ditargetkan pada tahap perancangan, dan
sama sekali tidak mengacu kepada kejenuhan informasi sebagaimana lazim
dipedomani dalam proses iteratif pengumpulan data penelitian kualitatif.
2.Masalah guru. Masalah penelitian yang
diusahakan oleh guru seharusnya merupakan masalah yang cukup
merisaukannya, dan berpijak dari tanggung jawab profesionalnya. Guru
sendiri harus memiliki komitmen ini juga diperlukan sebagai motivator
intrinsik bagi guru untuk “bertahan” dalam pelaksanaan kegiatan yang
jelas-jelas menuntut lebih dari yang sebelumnya diperlukan dalam rangka
pelaksanaan tugas-tugas mengajarnya secara rutin. Dengan kata lain,
pendorong utama pelaksanaan PTK adalah komitmen profesional untuk
memberikan layanan yang terbaik kepada siswa. Dilihat dari sudut pandang
ini, desakan untuk sekedar menyampaikan pokok bahasan sesuai dengan
GBPP dapat dan perlu ditolak karena alasan profesional yang dimaksud.
3. Tidak terlalu menyita waktu. Metode
pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan
bagi guru, sehingga berpeluang menggangu proses pembelajaran di kelas.
Dengan kata lain, sejauh mungkin harus digunakan prosedur pengumpulan
data yang dapat ditangani sendiri oleh guru, sementara guru tetap aktif
berfungsi sebagai guru yang bertugas secara penuh. Sebagai gambaran,
penggunaan tape recorder memang akan menghasilkan rekaman yang lengkap
dibanding dengan perekaman manual, namun peningkatan waktu yang
diperlukan untuk mencermati data melalui pemutaran ulang mungkin akan
segera terasa berlebihan. Oleh karena itu, dikembangkan teknik-teknik
perekaman yang cukup sederhana, namun dapat menghasilkan informasi yang
cukup signifikan serta dapat dipercaya.
4. Metode dan teknik yang digunakan tidak boleh terlalu menuntut dari segi kemampuan maupun waktunya.
5. Metodologi yang digunakan harus
terencana cermat, sehingga tindakan dapat dirumuskan dalam suatu
hipotesis tindakan yang dapat diuji di lapangan. Guru dapat
mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelasnya,
serta memperoleh data yang dapat digunakan untuk “menjawab” hipotesis
yang dikemukakan oleh karena itu, meskipun pada dasarnya “terpaksa”
memperbolehkan “kelonggaran – kelonggaran” namun penerapan asas – asas
dasar telaah taan kaidah tetap harus dipertahankan.
6. Permasalahan atau topik yang dipilih
harus benar – benar nyata, menarik, mampu ditangani, dan berada dalam
jangkauan kewenangan peneliti untuk melakukan perubahan. Peneliti harus
merasa terpanggil untuk meningkatkan diri.
7. Peneliti harus tetap memperhatikan
etika dan tata krama penelitian serta rambu – rambu pelaksanaan yang
berlaku umum. Dalam penyelenggaraan PTK, guru harus selalu bersikap
konsisten menaruh kepedulian tinggi terhadap prosedur etika yang
berkaitan dengan pekerjaannya. Hal ini penting ditekankan karena selain
melibatkan para siswa, PTK juga hadir dalam suatu konteks
organisasional, sehingga penyelenggaraannya pun harus mengindahkan tata
krama kehidupan berorganisasi. Artinya, prakarsa PTK harus diketahui
oleh pimpinan lembaga, disosialisasikan kepada rekan – rekan dalam
lembaga terkait, dilakukan sesuai dengan tata krama penyusunan karya
tulis akademik, di samping tetap mengedepankan kemaslahatan subjek
didik.
8. Kegiatan penelitian tindakan pada
dasarnya harus merupakan gerakan yang berkelanjutan ( on – going ),
karena skope peningkatan dan pengembangan memang menjadi tantangan
sepanjang waktu.
9. Meskipun kelas, sekaligus mata
pelajaran merupakan cakupan tanggung jawab bagi seorang guru, namun
dalam pelaksanaan PTK sejauh mungkin harus digunakan classroom exceeding
perspective dalam arti permasalahan tidak dilihat terbatas dalam
konteks kelas dan / atau mata pelajaran tertentu, melainkan dalam
perspektif misi sekolah secara keseluruhan. Perspektif yang lebih luas
ini akan terlebih – lebih lagi terasa urgensinya, apabila dalam suatu
PTK, terlibat lebih dari seorang peneliti. Dapat juga dilakukan
kolaborasi di antara dua atau lebih guru dalam satu sekolah dan / atau
guru dari sekolah lain, termasuk dosen LPTK.